ZOMBIE JATUH CINTA
Aku
Rogoh Sesuatu yang tersimpan di dalam Saku celana Jeans Lusuh yang ku pakai
malam ini. dan keluarlah secarik Foto Lusuh dari dalamnya, itu adalah, Foto
Luna. teman masa SMP hingga SMA. kami terbilang cukup akrab sebagai teman,
namun di balik semua itu. tersimpan suatu rahasia dalam diriku, CINTA, aku
merasakan suatu kekuatan yang maha dahsyat yang di namakan Cinta. aku tak tahu
bagaimana rasa itu harus muncul dan menghancurkan rasa persahabatan yang
sebenarnya lebih indah untuk di nikmati. ku ingat saat pertama kami bertemu di
Ekstrakulikuler Kempo di sekolah kami. Sebagai anggota baru tentu saja kami
sedikit canggung dalam berlatih, dan di saat itu aku memang tidak terlalu
memperhatikan dirinya. ketika waktu istirahat berlatih, Aku lihat Luna terlihat
kebingungan kala itu, ia kebingungan karena lupa membawa air minum. Akhirnya
kutawarkan Air minum yang kubawa, awalnya dia menolak namun karena rasa haus
yang lebih besar dari pada rasa malu akhirnya ia minum juga air pemberianku
tadi. Ku sodorkan tangan kanan ku dengan maksud untuk berkenalan, "Hendra".
kataku singkat. Dengan senyum kecilnya ia menyalamiku, terasa halus kulit
tangannya. Berniat mengatakan sesuatu padaku namun ucapanya terhenti karena
Sempai (kakak) yang melatih kami memberi instruksi untuk kembali berlatih.
Akhirnya
latihan Usai pukul 6 sore, aku kembali mendekati Luna dengan maksud berkenalan
karena tadi aku tidak sempat bertanya namanya. "Hai" sapaku basa-basi
dan di balas dengan senyum manisnya. "o iya tadi aku belum sempat bertanya
nama kamu, boleh aku tau nama kamu?", "Boleh, namaku....",
perkataannya terputus karena Orang Tua Luna telah menjemput dengan MOGE (Motor
Gede). " Maaf aku sudah dijemput, bye", " Nama kamu
siapa?", teriakku penasaran, "Luna" jawabnya dengan senyum
menghiasi wajah imutnya. "Luna" nama yang indah.
Sejak
saat itu kami mulai akrab dan dekat. bahkan aku tidak sungkan untuk datang ke
rumahnya walau orang tua Luna sedang tidak ada di rumah. karena saat itu aku
hanya merasa bahwa luna adalah sahabatku. Namun semua berubah saat kami
menginjak masa SMA, aku merasa tenang bila ada di dekatnya, dan gelisah ketika
dia tidak ada. Namun semua itu hanya tersimpan dalam benakku hingga kami
menginjak kelas 3 SMA, akhir dari perjalan masa sekolah kami. Akhirnya
kuputuskan untuk menyatakan cintaku saat pengumuman kelulusan, Menjelang Akhir
dari "Kebersamaan Kami".
Ujian
akhir Nasional telah selesai Kami lewati, dan jujur itu adalah masa tersulit
yang pernah aku lalui. Hasil Ujianpun di umumkan, dan ternyata kami semua
dinyatakan Lulus Ujian Akhir, tentu saja hal ini membuat sekolah kami bergema
Gembira dan khususnya bagiku, Gembira karena akan mengungkapkan perasanku pada
"LUNA". "Ndra kita lulus", kata Luna dengan wajah cerianya,
" Iya Lun, Kita Lulus, Aq boleh jujur gak ?", "Kenapa Ndra gk biasanya
kamu gini?", "aku mau bicara sama kamu Luna, Tapi gk disini, gk di
keramaian ini". ku tarik tangan lembut Luna keluar sekolah, Kini kami
berada di depan Sekolah jauh dari keramaian di dalam sekolah karena rasa
bahagia para siswanya, tapi kami menuju keramaian jalan. "Ngomong apa Li,
Penting banget ya sampai kita hrus jauh dari teman-teman?", "penting
banget Luna, Aq mau bilang kalau...", perkataan ku terhenti karena aku
lihat di belakang Luna melaju Truk dengan kecepatan tinggi menuju kami. Dengan
reflek ku dorong Tubuh Mungil Luna kearah sekolah agar ia tidak
tertabrak, Luna selamat, tapi sayang, aku tak dapat menghindar.
Gelap,
Sunyi, Ada Apa ini. Sempit sekali disini. Aku... di dalam Kubur. aku telah
meninggal tapi mengapa aku bisa menggerakan tubuhku. ku dorong Peti mati,
Terbuka, Aku Hidup tapi penuh darah, Penuh Luka, Aku "Zombie".
Dengan
terhuyung aku berjalan. Kutemukan Baju Bekas dan Celana Jeans
berserakan. Aku bingung baju siapa ini, akhirnya aku pakai dan
muncul seseorang dari balik semak-semak dengan seorang Perempuan, “Siapa Kamu,
mengapa kamu ambil Bajuku“. Bentak Orang itu. Dan tanpa menunggu
jawabku dia menyerangku namun bisa ku tangkis dengan mudah dengan teknik yang
ku pelajari dulu dank u serang dia dengan kepalan tanganku, dia Pingsan,
Tenagaku bertambah 3 kali Lipat. Melihat Orang itu Pingsan sambil telanjang
membuatku bingung dan pergi meninggalkan pasangan itu, kupalingkan wajahku
Perempuan itu menangis ketakutan sambil berusaha membangunkan pasangannya, ku
tinggalkan mereka.
Aku
Sampai di depan Rumahku, Gelap tak ada Orang, dimana kedua Orangtuaku, mereka
Tak ada. Aku ingat setelah kelulusanku Orang tuaku mengajak kami untuk Pindah
keluar Kota, kini mereka pasti telah pergi keluar kota. Aku mencoba masuk
kedalam rumahku, tak bisa, semua pintu terkunci. Ku dobrak pintu dengan mudah,
aku menuju kamarku semasa hidup. Kutemukan lembaran foto orang yang kucintai
“Luna” teringat masa sebelum aku tertabrak Truk membuatku ingin menangis, tapi
tak bisa karena Aku seorang “Zombie”. Dengan membawa secarik kertas aku berjalan
tak karuan, tanpa tujuan. Akhirnya ku putuskan untuk menemui Luna, tapi apa
mungkin dengan tubuh penuh Luka, tubuh yang mulai membusuk ini apakah aku dapat
diterima? Tak ada salahnya dicoba tekadku.
Ketika
sampai di rumah Luna kurasakan sakit di bagian Kakiku. Kulit kakiku mengelupas
hamper terlihat tulang kakiku. Anjung Luna menggonggong Hebat membuat seluruh
orang yang ada di dalam Rumah keluar untuk melihat penyebabnya, dan ternyata,
ada Orang Tuaku. “Ayah, Ibu” teriaku pilu. “Hendra” teriak mereka seraya
berlari menghampiri, sedang aku terjungkal karena kakiku tak kuat menopang
tubuhku. “mengapa kamu masih disini, disini bukan tempatmu lagi nak”, “aku tak
tahu Bu, mungkin ada urusan yang harus ku selesaikan dahulu, maafkan aku Ibu,
Ayah”. “kami sudah memaafkan kamu dari dalu”. Luna mendekati kami “Hendra, apa
betul kamu Hendra??”, “ini aku Luna” jawabku sambil tersenyum. “Hen, apa yang
mau kamu katakana sebelum…”, “iya Luna aku mau jujur sama kamu kalau aku”, “
kenapa Hen, tolong jawab”, “aku…. Aku sayang sama Kamu Luna, tapi itu sekarang
gak mungkin, aku bukan manusia lagi”, “ndra aku juga sayang sama kamu, kita gak
bisa bersama sekarang tapi nanti kita akan bersama di alam sana“. Kata terakhir
Luna membuatku sedikit tenang dank u pejamkan perlahan mataku selamat tinggal
Dunia, selamat tinggal ayah dan Ibu, selamat tinggal Luna.