Selasa, 29 Maret 2011

KARAKTER SISWA

Ini dia tugas lain yang juga bikin ribet walau gak seberapa tapi biar sedikit tapi banyak ribet juga. so chek this out :)

NAMA : FERY SULISTYO

SEMESTER : IV

Seperti halnya kegiatan menonton film, yang di dalam ceritanya terdapat karakter-karakter tokoh film yang beragam, mulai dari tokoh utama, tokoh pembantu, antagonis, protagonis, dll. Maka dalam pembelajaran pun terdapat karakter-karakter siswa yang jauh lebih beragam. Jika anda menyaksikan film Laskar Pelangi atau membaca novelnya karya Andrea Hirata, maka di sana anda akan menemukan 10 karakter siswa yang berlainan. Mulai dari latar belakang sosialnya, ekonomi, kemampuan intelegensi, bakat, motivasi belajar, dll.

Siswa memang secara alamiah memiliki karakteristik yang berbeda. Dan ragam karakteristik ini ternyata mempengaruhi bagaimana hasil implementasi desain pembelajaran yang telah anda rancang. Oleh karenanya mengenal karakteristik siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Dengan mengenal karakteristik siswa, maka dapat diketahui kualitas perseorangan dan menjadi petunjuk dalam mengelola strategi pembelajaran.

Penyusunan rancangan pembelajaran selain mempertimbangkan teori belajar juga semestinya memperhatikan karakteristik siswa yang akan menjadi sasarannya. Setiap siswa dapat dipastikan telah memiliki kemampuan awal sebelum mengikuti kelas anda. Dan dengan mengidentifikasi kemudian memanfaatkannya maka proses belajar di kelas anda akan lebih bermakna. Reigeluth, seorang pakar pendidikan mengidentifikasi 7 jenis kemampuan awal yang dapat dipakai untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, pengungkapan kembali pengetahuan baru.

1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitrarily mean­ingfull knowledge), sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan yang tak bermakna untuk memudahkan retensi. Pengetahuan tak terorganisasi merupakan pengetahuan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari. Sebagai kemampuan awal, pengetahuan jenis ini berguna untuk mengingat pengetahuan-pengetahuan hafalan dan pengetahuan yang tak bermakna. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi dapat digunakan untuk membuat kaitan yang akan memudahkan mengingat kembali pengetahuan baru bila diperlukan.

2. Pengetahuan analogis (analogic knowledge), yang mengait­kan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang serupa dan berada di luar isi yang sedang dibicarakan. Pengetahuan analogis serupa dengan pengetahuan coordinate, kecuali bahwa pengetahuan analogis berada di luar konteks yang akan dipelajari. Mengaitkan pengetahuan baru dengan pe­ngetahuan analogis siswa dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru. Akan bermanfaat apabila siswa telah berhasil belajar bagaimana menggunakan analogi untuk memudahkannya dalam belajar, pengaitan tersebut juga dapat membantu pengintegrasian struktur pengetahuan yang terpisah agar terorganisasi menjadi utuh.

3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge), yang dapat berfungsi sebagai kerangka cantolan pengetahuan baru. Dengan kata lain, pengetahuan yang akan dipelajari dapat dipandang sebagai pengetahuan yang lebih rinci jika dibandingkan dengan pengetahuan super­ordinate.

4. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif /komparatif. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang memiliki tingkat keumuman atau kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang dipelajari. la juga harus erat sekali terkait dengan penge­tahuan yang akan dipelajari. Bila diungkapkan lebih cermat, contohnya harus dapat dibedakan dengan contoh pengetahuan baru, dan pengetahuan superordinatenya harus sama dengan pengetahuan superordinate pengetahuan baru yang dipelajari.

5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate know­ledge), yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh.

6. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (su­perordinate knowledge). Pengetahuan tingkat yang lebih rendah memiliki fungsi yang sama dengan pengetahuan yang didapat dari pengalaman (experiential knowledge).

7. Pengetahuan pengalaman (experiential knowledge), yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan con­toh-contoh bagi pengetahuan baru. Pengetahuan pengalaman mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa atau objek khusus (diacukan sebagai contoh-contoh dalam teori pembelajaran) dan yang disimpan dalam experiential data base. Perbedaan utama antara pengetahuan pengalaman dengan penge­tahuan tingkat lebih rendah adalah bahwa pengetahuan pengalaman selalu mengacu kepada contoh atau kasus khusus, se­dangkan pengetahuan tingkat yang lebih rendah selalu merupakan pengetahuan yang dapat digeneralisasi (seperti; konsep, prosedur, dan prinsip, masing-masing memiliki lebih dari satu contoh).

Sangat penting bagi siswa anda untuk mengorganisasi ingatan dimana pengetahuan baru dikaitkan dengan pengetahuan lama, dan diintegrasikan ke dalam struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Strategi kognitif menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru, mulai dari penyandian, penyimpanan, sampai pada pengungkapan kembali pengeta­huan yang telah tersimpan dalam ingatan. Diantara beberapa kemampuan awal, strategi kognitif memiliki cara kerja yang paling berbeda. Strategi kognitif dapat membantu mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa.

Di saat pertemuan awal pada kelas anda, apakah pernah anda menanyakan hal-hal seperti asal sekolah yang akan mengacu pada asal daerah, sudah pernah mempelajari materi yang akan disampaikan, sedang bersemangat ataukah tidak kepada siswa anda, dan pertanyaan lainnya.

Sering-seringlah mencari tahu tentang bagaimana keadaaan dan kondisi siswa-siswa anda. Selain bermanfaat bagi kelancaran proses pembelajaran bermakna, juga dapat menjalin keterikatan emosional antara anda dan siswa-siswa anda. Jika keterikatan emosional telah terjalin maka interaksi antara anda dan siswa-siswa yang ada di kelas anda akan berjalan harmonis. Seperti yang terjadi pada film Laskar Pelangi. Bahkan keharmonisan yang terjalin membekas hingga para siswa-siswa itu telah dewasa. Masih ingatkah anda pada guru anda sendiri?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar